Om,telolet om!

Sekitar tiga bulan yang lalu, seorang adik kelas bilang ke gue "Kak di Jakarta lagi booming anak kecil bergerombol di terminal nungguin bus gede bunyiin klakson wkwk kocak deh". Saat itu agak heran aja gue dengernya, karena sebelumnya gue tau kalo di kalangan "Bismania"(sebutan untuk para pecinta Bus) , dengerin suara " telolet" dari sebuah bus AKAP emang lagi happening, tapi kok bisa bisanya kebiasaan tersebut nular ke anak kecil?

Gak disangka, sekarang kebiasaan tadi ternyata udah menyebar kemana mana. Dari mulai anak kecil, pelajar, mahasiswa, ibu ibu matic, sampe calon gubernur DKI ikut terjangkit fenomena "Om telolet om". Yang lebih gila lagi, fenomena ini juga didenger sana pelaku musik internasional, bahkan sampe dibikinin remixnya. Fenomena " Om telolet om" ternyata bisa ngalahin fenomena Awkarin (iya gakada yang pernah ngeremix lagu candu, kan?)

Pertanyaannya, kenapa sih kok sebegitu gilanya euforia klakson ini? Apa sih faedahnya nungguin bus lewat, denger suara "telolet" ,terus bisa ketawa lepas? Raaanya kok gak penting penting banget?

Tapi setelah dipikir pikir, kalimat "Om telolet om" ternyata ngingetin kita tentang seberapa sederhananya sebuah kebahagiaan.

Ada orang yang harus membeli tiket sebuah konser musik ,yang harganya tidak murah, untuk bisa melupakan sejenak masalahnya. Ada orang yang pergi berlibur, menghabiskan tabungannya untuk bisa melepas penat dari rutinitas yang ia jalani setiap hari. Ada juga orang yang tidak mampu menciptakan kebahagiaan sendiri, baru merasa bahagia ketika kekasihnya memasang foto mereka berdua di sosial media dengan caption romantis.

Namun, orang orang di terminal dan pinggiran jalan raya, yang bersorak heboh meminta klakson ketika melihat bus AKAP melintas (bahkan beberapa membawa spanduk) ,mampu berbahagia dengan gratis. Mereka menciptakan sendiri kebahagiaan mereka, tanpa harus membuat repot orang tua atau orang terdekat mereka.Mereka berhasil berbahagia dengan sederhana.

Tapi mereka gak selalu seneng seneng aja. Mungkin ada kalanya setelah menunggu cukup lama, yang mereka jumpai adalah sopir yang tidak mau membunyikan klakson busnya. Namun mereka tetap rela berdiri dibawah terik matahari dan bermandikan asap kendaraan untuk menunggu bus selanjutnya, yang sopirnya mungkin tidak pelit klakson sehingga mereka bisa tertawa lepas lagi.

Di sepanjang tahun 2016 ini, gue ngerasa punya banyak banget masalah. Dari mulai keluarga, akademik, sampe hubungan. Begitupun juga orang orang di sekitar gue. Di tahun ini juga banyak banget masalah yang muncul di dunia Nasional maupun Internasional; Kasus penistaan agama di Indonesia, kisruh Suriah, pengungsi Rohingya, dan seabrek masalah lainnya. Singkatnya, tahun 2016 sepertinya bukan tahun yang berjalan sesuai ekspektasi.

Tapi sama seperti orang orang yang dikecewakan sopir bus tadi, kita tetep harus berdiri tegak, ngelawan semua masalah dan kekecewaan yang kita terima di tahun ini.Bus 2016 sudah lewat,dengan sopirnya yang tidak ramah dan pemarah.Mari tetap sama sama menunggu,berharap sopir 2017 mau membunyikan klaksonnya,tidak hanya sekali, tapi berkali kali sehingga kita bisa berbahagia tanpa heboh berteriak "Om telolet om!"

Comments

Popular Posts